Rabu, 05 Januari 2011

Abdullah bin Hudzafah | Diusir dari Istana

Salah satu cara Rasulullah SAW. berdakwah (menyiarkan agama Islam) adalah mengirim surat kepada para raja. Abdullah bin Hudzafah adalah salah seorang sahabat yang mendapat tugas mengantar surat ke Raja Kisra di Persia. Tugas ini merupakan tugas yang berat. Nabi telah memperhitungkannya. Karena itu diperlukan cara yang tepat dan keberanian yang mantap. Abdullah bin Hudzafah adalah orang yang tepat, ia memiliki keduanya.






Setelah memberikan pengarahan seperlunya, Nabi menyerahkan sepucuk surat kepada Abdullah bin Hudzafah untuk diserahkan kepada Raja Kisra.
Berbekal iman, ketabahan dan tawakal, Abdullah berangkat ke istana Raja Kisra dengan menunggang kuda. Tiba di Istana Raja Kisra, ia masuk setelah mendapat izin pengawal istana. Utusan Muhammad itu diperhatikan dan di jaga ketat. Tanpa rasa takut dan kegelisahan, ia memasuki aula istana lalu memberikan surat itu kepada Raja Kisra.

"Terima surat itu, pengawal," perintah raja pada pengawalnya.
"Jangan, jangan! Bukan kamu yang harus menerimanya, pengawal," cegah Abdullah. "Aku diperintah untuk menyerahkan surat ini langsung kepada raja," tegasnya.

"Baiklah, biarkanlah saya yang menerimanya," seru Raja Kisra. Surat itu berbunyi, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Dan Penyayang. Dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra raja Persia. selamat dan sejahtera bagi orang yang mau mengikuti petunjuk Allah."

Belum selesai surat itu di baca, Kisra langsung marah. Keringat dingin keluar dari tubuhnya, mukanya merah karena bencinya kepada Muhammad. Surat itu langsung dirobeknya, dan Abdullah segera diusir dari istananya.

Abdullah segera meninggalkan istana. Ia pergi tak tahu arah, pasrah. "Aku tidak peduli, apa saja yang menimpa diriku. Yang penting amanah Rasulullah telah kusampaikan," keluhnya.

Setelah menyakinkan dirinya, Abdullah memacu kudanya menuju Madinah. Sementara Raja Kisra yang semula mengusir Abdullah, tiba-tiba berubah pikiran. Ia memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap Abdullah. Tapi Abdullah sudah sangat jauh dan tak mungkin dikejar.

Sesampai di Madinah, Abdullah melapor pada Rasulullah, "Ya Rasulullah, surat yang kubawa dirobek-robek Raja Kisra," lapor Abdullah.

"Allah akan merobek-robek kerajaannya."

Selanjutnya Raja Kisra yang gagal menangkap Abdullah, mengirim surat kepada Badzan, Gubernur Yaman. Kepada Gubernur Yaman, Kisra minta agar diutus dua orang Yaman untuk menangkap Nabi. Kedua orang itu segera menuju Madinah. Sesampai di rumah Nabi, mereka menyampaikan pesan Raja Kisra, "Kami ditugaskan untuk membawa engkau, ya Muhammad menghadap Raja Kisra. Akibat buruk akan menimpamu dan pengikutmu jika engkau tidak mau."

Mendengar ancaman itu Nabi tersenyum sambil berkata, "Hari ini kalian pergi dulu, besok saja kalau kalian mau menangkapku," ucap Nabi lembut.

Keesokan harinya mereka datang lagi, "Sudah siapkah engkau, ya Muhammad?
Raja Kisra sudah tidak ada, ia sudah mati dibunuh anaknya, Syirwih," tegas Nabi.
Mendengar itu tentu saja mereka sangat heran, lalu bertanya, "Apakah ucapanmu harus kami laporkan kepada Gubernur Badzan?"
"Laporkanlah!" jawab Nabi, tegas.
Dua orang utusan Gubernur Yaman itu kemudian melaporkan kepada gubernurnya. Lalu Badzan berkata, "Kalau ucapan Muhammad itu benar, berarti dia benar seorang Nabi. Bila tidak, kita tunggu bagaimana perkembangannya."

Beberapa saat kemudian, datang seorang utusan yang membawa surat dari Syirwih, anak Raja Kisra. Dalam suratnya Syirwih menyatakan, "Aku sudah menbunuh Raja Kisra, karena ia seorang penguasa yang selalu menekan dan menyiksa rakyatnya. Ia pembunuh dan pengganggu istri bawahannya, dan menghabiskan kekayaan mereka secara dzalim."

Badzan kemudian berujar, "Betul, betullah Muhammad sebagai Nabi terakhir." Lalu ia pun menyatakan diri masuk Islam dan mengajak rakyat Yaman untuk masuk Islam.(A.Yani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar